“Ikatlah Ilmu dengan Menuliskannya” ( Pesan Sayyidina Ali bin Abi Thalib r.a.)

Rabu, 26 Oktober 2011

Angkatan Perang dan Masyarakat

Pidato yang Kedua diucapkankan beliau di Akademi Pertahanan Nasional, Khadakvasla (Poona), 10 Nopember 1955. Dihadapkan kepada Kadet-kadet dan Opsir-opsir akademi tersebut.

Kalau sekarang saya berdiri ditengah-tengah para pemuda India, yang sedang mempersiapkan diri dibawah pimpinan instruktor-instruktor yang cakap dengan penuh semangat dan kebaktian untuk memikul tugas yang berat dimasa yang akan datang sebagai para pemimpin angkatan perang India Merdeka, maka pikiran saya melayang kembali kezaman abad permulaan kedua puluh waktu saya masih muda.

Pada waktu itu Indonesia Merdeka dan India Merdeka hanyalah merupakan impian yang indah, jauh dan amat jauh dari kenyataan. Saya bersyukur karena telah mendapat kesempatan turut serta dalam perjuangan yang dirintis oleh angkatan muda asia semenjak permulaan abad kedua puluh ini untuk melenyapkan belengu kolonialisme yang telah berabad-abad lamanya memandang rendah kedudukan bangsa kita.

Dan sekarang sebagai tamu Negara dari India Merdeka yang datang berkunjung dari Indonesia Merdeka, saya melihat wajah angkatan muda India memancarkan sinar kepercayaan, bahwa India, Indonesia dan negara-negara asia pada umumnya mempunyai masa depan yang gilang-gemilang. Dapatlah tuan-tuan bayangkan betapa saya berdiri ditengah-tengah tuan didalam gedung yang termasyur ini.

Sejak dulu sampai sekarang, saya telah memusatkan pikiran dan tindakan untuk menjamin kemerdekaan politik, kemajuan ekonomi dan keadilan sosial bagi bangsa saya. Perang dan akibat yang ditinggalkan oleh perang, telah saya lihat sekadarnya di negeri saya. Cita-cita Indonesia Merdeka di rangkakan selama pendudukan tentara asing, dan sesudah proklamasi kemerdekaan, para pemuda Indonesia memberikan sumbangan yang besar kepada perjuangan bangsa untuk mencapai pengakuan atas kemerdekaannya. Disepanjang sejarah perjuangan sejak Indonesia Merdeka lahir, angkatan perang kami yang baru telah memberikan sumbangan yang besar untuk melindungi negara dari berbagai bahaya yang mengancam.

Barangsiapa mempelajari sejarah India, yang dihiasi dengan semangat kemiliteran yang gagah berani, tentu akan mengagumi salah seorang tokoh militer yang terbesar dalam sejarah, yaitu chandragupta maurya. Ia mempunyai 600.000 orang pasukan infanteri, 300.000 orang pasukan berkuda, 36.000 pasukan bergajah dan 24.000 orang pasukan dengan kereta perang. Semua ini dikendalikan dengan sistim atau kementerian peperangan yang rapi. Dalam perang dunia pertama pasukan-pasukan india turut bertempur, dan dalam perang dunia kedua angkatan darat, laut dan udara India berjuang pula dipihak demokrasi. Prajurit-prajurit telah memainkan peranan yang besar dalam sejarah india, dan tradisi militer yang telah tuan bangun selama berabad-abad, sesungguhnya adalah satu sumber kebanggaan.

Walaupun sejarah angkatan perang indonesia agak berlainan dari sejarah angkatan perang India, namun kedua angkatan perang itu menghadapi persoalan yang sama, pada hakekatnya persoalan ini berkisar pada pertanyaan, bagaimana membuat angkatan perang menjadi alat yang layak bagi bangsa merdeka.

Anggota-anggota angkatan perang adalah para warga negara yang mempunyai hak dan tugas istimewa. Sebagai prajurit mereka mempunyai hubungan tertentu dengan masyarakat. Mereka wajib melindungi negara terhadap serangan dari dalam dan dari luar. Dalam hal ini mereka tidak terpisah dari negara, akan tetapi merupakan bagian yang integral dari padanya.

Angkatan perang di Asia adalah ibarat tong penyimpan air di padang yang kering. Mereka dilatih untuk menjadi pemimpin. Sifat-sifat yang demikian ini amat penting. Tidak saja untuk angkatan perang, akan tetapi juga untuk seluruh masyarakat. Walaupun dalam beberapa hal terpisah dari masyarakat namun angkatan perang tetap dalam masyarakat dan kekuatannya bersumber dari masyarakat. Kenyataan ini adalah benar walau dalam keadaan perang sekalipun, karena tidak satupun angkatan perang dari bangsa merdeka akan dapat tegak dimedan perang, kalau pangkalannya ditanah air tidak setujuan dan tidak bersatu. Hal ini nyata salah satu pelajaran yang penting dari perang dunia yang lalu.

Dengan kesadaran dan keyakinan, bangsa tuan dan bangsa saya telah memilih jalan demokrasi parlementer ; dan dalam demokrasi parlementer sendi piramid sosial dan piramid pemerintahan adalah seluruh masyarakat. Anggotan jawatan sipil atau angkatan perang yang serendah-rendahnya, seperti juga hal-nya dengan Perdana Menteri dan Presiden, memangku jabatannya karena masyarakat secara langsung atau tidak, menyetujui ia memangku jabatan itu.

Setelah memilih jalan demokrasi dengan menyadari sepenuhnya kesukaran-kesukaran yang terletak dijalan itu, kita harus menempuhnya, kita harus menolak godaan untuk menyeleweng kekiri dan kekanan.

Demokrasi parlementer adalah bentuk pemerintahan yang paling merasakan betul kehendak-kehendak dan kebutuhan-kebutuhan masyarakat. Ia adalah bentuk pemerintahan yang paling mudah dapat memberikan perlindungan kepada golongan-golongan dalam masyarakat yang memerlukan perlindungan. Ia adalah bentuk pemerintahan yang paling sesuai untuk memperbesar kekuatan ekonom, sosial, politik dan kebudayaan masyarakat kita.

Dengan daya penariknya yang lemah, Negara Polisi tidak dapat melakukan hal-hal yang demikian, karena ia hanya menghendaki ketaatan orang-orang yang diperintahnya. Negara Polisi tidak dapat memperkuat masyarakat, karena untuk dapat tumbuh menjadi kuat masyarakat memerlukan tanggung jawab, sedangkan di Negara Polisi tidak ada tanggung jawab sosial.

Bangsa kita turun temurun telah berjuang melawan usaha memecah belah yang dilakukan oleh kolonialisme. Dengan usaha yang memuncak pada titik balik dalam sejarah, mereka telah meruntuhkan kolonialisme itu. Maka sudah barang tentu, kalau sekarang bangsa kita mencari hasil-hasil kemerdekaan yang telah dicapainya beberapa tahun yang lalu itu.

Negara kita adalah miskin, walaupun kekayaannya berlimpah ruah. Saya yakin, bahwa kita semua mengetahui statistik tentang penghasilan nasional kita, konsumsi makanan rata-rata, angka kematian dan angka buta huruf. Semua itu tidak dapat diubah sekaligus, apapun yang kita lakukan. Ia menghendaki waktu dan kerja keras, ia menghendaki pengorbanan tidak kurang dari yang telah kita berikan dalam perjuangan kemerdekaan. Ia menghendaki usaha-usaha pembangunan yang besar, usaha-usaha pembangunan sosial yang besar, pengertian dan kerjasama yang besar dari segala lapisan masyarakat kita. Keuntungan materi dari kemerdekaan hanya dapat diperoleh dengan berangsur-angsur dan kalau kita bekerja untuk itu dengan hati yang tabah.

Akan tetapi ada sebagian nikmat kemerdekaan yang segera dapat dipergunakan, yaitu kemerdekaan pribadi yang bertambah besar. Perjuangan nasional tidak hanya untuk kemerdekaan politik dan ekonomi. Cita-cita kemerdekaan pribadi tidak kurang pentingnya dari tuntutan nasional. Dalam kemerdekaan pribadi terdapat kekuatan bangsa-bangsa merdeka dan negara-negara berdaulat. Hanya bilamana kemerdekaan pribadi berguna baginya, barulah orang dapat menerima tanggung jawab bersama, dan dengan tiada tanggung jawab bersama tidak satu bangsapun dapat kuat.

Lagipula orang dapat tumbuh kearah kekuatan dan bentuk yang sempurna hanya bilamana ada kemerdekaan pribadi. Berabad-abad lamanya kolonialisme telah menghancurkan kemerdekaan pribadi kita, yang mengakibatkan terhalangnya kemajuan bangsa kita. Sekarang setelah kemersekaan pribadi pulih kembali, bangsa kita akan memupuk kembali pertumbuhan sosial dan kebudayaan., sebagaimana juga akan memupuk kembali pertumbuhan ekonomi dan politik.

Akan tetapi kemerdekaan pribadi itu sendiri tidaklah mempunyai nilai yang absolut, kemerdekaan pribadi harus menerima tanggung jawab bersama, sebab dengan tiada tanggung jawab bersama kemerdekaan akan menjadi anarki. Tanggung bersama yang demikian harus meluas sampai keseluruh bagian alat-alat pemerintah dan seluruh bagian masyarakat, seperti halnya dengan seluruh bagian alat-alat pemerintah akhirnya menerima kekuasaan dari rakyat keseluruhannya.

Itulah unsur yang pokok dari demokrasi, dan bilamana kita menilai prinsip-prinsip demokrasi, haruslah selalu diingat bahwa kita adalah hamba rakyat yang mendapat kepercayaan, bukan tuan mereka. Dengan tidak mendapat bantuan yang aktif secara bebas, yang sewaktu-waktu rakyat bisa bebas menarik kembali bantuan itu, kita tidak mempunyai kekuatan karena tidak mempunyai urat.

Pemerintah zaman sekarang banyak sekali liku-likunya, dimana tidak ada pemisahan yang terang antara bagian-bagiannya. Perwira dapat diangkat memangku jabatan diplomat ; pegawai sipil mesti melindungi kepentingan prajurit. Sejarah telah banyak memperlihatkan contoh tentang perwira yang termasyur yang meninggalkan medan perang untuk menjalankan pekerjaan administrasi. Gubernur Jenderal India yang terakhir seorang perwira dan pelaut, telah dicantumkan dalam halaman sejarah sebagai seorang diplomat yang membantu meratakan jalan kerah kemerdekaan India dan Pakistan. Saya dapat pula menyebutkan perwira India yang termasyur yang telah bekerja dilapangan diplomasi di Korea dan Viet Nam, dan yang telah menunjukkan tanggung jawab sipil yang besar maupun jasa-jasa kemiliteran biasa.

Pada taraf yang berbeda, adalah tugas semua anggota angkatan perang dimana-mana untuk menunjukkan tanggung jawab sipil yang demikian itu adalah tugas mereka untuk melindungi demokrasi terhadap semua musuh-musuhnya dan dalam pada itu menjamin, bahwa mereka sendiri tidak akan memperlemah demokrasi.

Baik bagi India maupun Indonesia, jalan kearah demokrasi yang sempurna sangat panjang dan sukar, kalau diperhatikan kenyataan kita memerlukan dua hal yang pokok, yaitu kemajuan ekonomi dan demokrasi sosial. Saya yakin bahwa angkatan muda India dan Indonesia sedang mempersiapkan diri untuk mempelopori orang-orang yang melalui jalan itu.

Tuan-tuan calon pemimpin dari ketiga bagian angkatan perang India memikul tanggung jawab yang berat, akan tetapi mulia. Saya yakin bahwa tuan-tuan mempunyai kekuatan, kecakapan dan pembawaan untuk memikul tanggung jawab itu, yang akan dipercayakan kepada tuan-tuan dalam waktu yang singkat