“Ikatlah Ilmu dengan Menuliskannya” ( Pesan Sayyidina Ali bin Abi Thalib r.a.)

Senin, 07 November 2011

Rasulullah di Mata Sarjana Barat (5)

Sikap Toleransi kepada Non-Muslim

Rasulullah mempraktikkan toleransi agama kepada non muslim sebagai suatu model perilaku manusia yang mulia.18 Islam adalah agama yang cinta kasih, berkah, toleran dan ia membawa pembebasan bagi kepercayaan dan keimanan. Nabi tak pernah memaksa orang-orang dari agama lain untuk memeluk Islam sebagaimana ditegaskan dalam al-Qur'an. Bagi seorang muslim, Allah adalah Tuhan Musa dan Isa. Dalam Islam semua rasul Allah adalah sama. Nabi sangat menghargai dan menghormati semua utusan Allah yang lain, seperti Musa, Isa putra Maryam--semoga kedamaian dilimpahkan kepadanya. Semua pengikut rasul-rasul terdahulu ini disebutkan didalam al-Qur'an: Ahlul Kitab. Karena itu Nabi memberikan status khusus dan konsesi penting dalam Islam Madinah. Allah berfirman:

artinya: "Maka Allah mengutus Para Nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka kitab yang benar." (Al-Qur'an: Surah Al Baqarah, Ayat:213)

Allah juga berfirman:

artinya: "Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya." (Al-Qur'an: Surah Al Maa-idah, Ayat:44)

Lebih lanjut dalam Surah Al Maa-idah, Allah berfirman:

artinya: "Dan Kami telah memberikan kepadanya Kitab Injil sedang didalamnya (ada) petunjuk dan cahaya yang menerangi." (Al-Qur'an: Surah Al Maa-idah, Ayat:46)

Dalam surah Ali-Imran, Allah berfirman:

artinya: "Maka taatilah Allah dan Rasul-Nya." (Al-Qur'an: Surah Ali-Imran, Ayat:179)

dan

artinya: "Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. dan Sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Kami ini orang Nasrani". yang demikian itu disebabkan karena di antara mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) karena Sesungguhnya mereka tidak menyombongkan diri." (Al-Qur'an: Surah Al-Maaidah, Ayat:82)

Dalam al-Qur'an, Musa disebutkan sebanyak 136 kali dan Isa (Yesus) putra Maryam disebut sebanyak 36 kali. Ada sebuah Surah khusus yang bernama Maryam (al-Qur'an:19)yang menjelaskan secara rinci kelahiran dan menggambarkan kebaikan-kebaikannya. Umat Islam meyakini rasul-rasul terdahulu dan tidak ada paksaan bagi orang lain untuk memeluk Islam. Hanya dengan kekuatan persuasi, argumen logis dan jujur untuk menunjukkan kepada mereka kenyataan (the reality) bimbingan yang benar dan Cahaya (the Light) bahwa tidak ada yang patut disembah kecuali Allah.

Islam telah menunjukkan contoh toleransi dan keramah-tamahan kepada agama lain dan sejarah telah menyaksikannya. Dalam Islam Toleransi Agama jauh lebih tinggi daripada pransangka dan intoleransi

Orang-orang yahudi dan kristen, Ahlul Kitab diberikan status khusus. Karena itu Nabi menunjukkan iktikad baik (good will), akomodasi dan pengertian kepada mereka. Kitab-kitab suci dan tempat-tempat ibadah mereka dihormati, tidak ada pendeta atau rahib yang disingkirkan atau digeser dari posisinya yang mulia. Mereka memperoleh jaminan keamanan dan perlindungan bagi kehidupan, agama dan harta kekayaan dalam sebuah perjanjian formal di Madinah. Tidak ada gereja atau sinagog yang tersentuh. Mereka mendapatkan kebebasan religius untuk beribadah dan melaksanakan kegiatan-kegiatan keagamaan. Harta kekayaan dan aset kehidupan mereka dalam perlindungan negara. Mereka bebas menjalankan propesinya dan bebas membuat pilihan serta bebas untuk membelanjakan hartanya untuk memperoleh kepuasan. Pada gilirannya sebagai feedback atas perlindungan negara yang diterimanya, mereka diminta untuk membayar pajak yang dikenal sebagai 'jizya'. Dengan demikian Nabi memberikan kerja sama dan menunjukkan sikap akomodasi dan toleran kepada orang-orang non-muslim di negara Islam Madinah. Bagi umat Islam toleransi agama jauh lebih tinggi daripada permusuhan (animosity)agama.


Gaya Hidup Nabi sebagai Pemimpin Negara

Entah Nabi sebagai seorang pengembala di padang pasir Arab, ataukah pedagang dipasar Syiria, atau menyendiri di gua Hira', atau seorang reformer pertama di Makkah, kemudian di Madinah, atau seorang penakluk kota Makkah, dalam semua fase kehidupannya, beliau tetap sama--setia kepada dirinya, oramg-orang (masyarakat) dan Tuhannya. Kondisi eksternal yang berubah-rubah tidak merubah kepribadian Nabi. Beliau tetap sederhana, ramah dan memiliki integritas yang luar biasa. Di Madinah, dimana ia menjadi pemimpin dari keyakinan baru--Islam, ia juga menjadi pemimpin Negara Islam. Keduanya melebur menjadi satu kedalam dirinya. Namun, tak ada istana, rumah-rumah besar, pilar-pilar tinggi ataupun penjagaan-penjagaan untuk memberikan kesan kebesaran kekuasaannya. Kebesaran Nabi terletak pada kesederhanaannya dan kemuliaan terletak pada keramahannya. Ia bersikap low-profil. Nabi lebih suka berkumpul bersama orang-orang fakir miskin.19 Bahkan sebagai seorang pemimpin negara, beliau biasa mendatangi masyarakat lapisan bawah, sebagaimana beliau sendiri juga bagian dari masyarakat itu. Beliau adalah pribadi yang penuh cinta kasih kepada sesamanya, bijaksana dan adil. Baginya hanya kasih sayang (perhatian) dan kebaikan yang menjadi ukuran dari martabat dan status seseorang. Sikap dan gaya hidupnya bahkan sebagai seorang pemimpin negara bersifat unik dan tidak ada dalam sejarah dunia.

Ibadahnya

Islam mengutamakan pentingnya kewajiban-kewajiban dan amal perbuatan daripada mengutamakan hak. Nabi biasa melakukan shalat lima waktu sehari. Masjid adalah tempat yang cocok untuk melakukan kontemplasi, shalat berjamaah dan berdzikir kepada Allah. Masjid adalah tempat dimana raja dan fakir miskin sama-sama rukuk dan sujud dihadapan Allah. Nabi tak pernah sekalipun meninggalkan shalat wajib, kendatipun beliau didalam perjalanan, diatas kuda, menunggang unta, dalam medan pertempuran atau bahkan dalam keadaan berbaring karena sakit. Beliau senantiasa tepat waktu dan istiqamah. Nabi biasanya menjadi imam shalat di masjid setiap hari (al-Qur'a menyebutkan didirikannya shalat 700 kali)
  1. Shalat Subuh.
  2. Shalat Zhuhur.
  3. Shalat Ashar.
  4. Shalat Maghrib.
  5. Shalat Isya.
Selain shalat wajib lima waktu ini, beliau melaksanakan shalat Sunnah:
  1. Shalat sunnah Dhuha.
  2. Shalat sunnah Awwabin yang dilakukan antara waktu maghrib dan isya.
  3. Shalat sunnah Tahajud di tengah malam.
Nabi biasa menghabiskan sebagian besar waktu malam untuk beribadah (shalat) sehingga kakinya bengkak-bengkak. Selama melakukan shalat Nabi begitu khusuknya hingga mencucurkan airmata. Beliau juga melakukan shalat ketika ada orang meninggal, ada bencana, ada rasa takut, kehilangan, hari raya dan Jum'at serta upacara-upacara keagamaan lainnya. Nabi juga melakukan shalat untuk minta diturunkan hujan. Beliau juga melakukan shalat untuk bersyukur kepada Allah atas rahmat-Nya. Kehidupan Nabi lebih banyak diisi dengan amal ibadah. Selain banyak melakukan ibadah, Nabi juga mengaji al-Qur'an setiap hari. Beliaulah yang pertama hafal al-Qur'an. Nabi juga sering puasa di bulan suci Ramadhan, dan juga berpuasa tiga hari berturut setiap bulan. Selama bulan Ramadhan beliau biasa melakukan I'tikaf di masjid selama 10 hari terakhir dibulan Ramadhan baik dengan shalat maupun mengaji al-Qur'an.20 . Nabi juga melakukan shalat tarawih dimalam hari.21 Tak ada satupun orang yang seperti beliau sepanjang sejarah manusia.

Sebagai Hakim
Di Madinah, sebagai pemimpin negara Islam, Nabi bertindak sebagai hakim. Beliau mengajarkan hukum (jurisprudensi) yang mencerahkan dan mendidik. Dalam kapasitas ini, beliau sangat jujur dan begitu adil sehingga orang-orang Yahudi dan orang-orang ahlul kitab lainnya biasanya meminta Nabi untuk bertindak sebagai seorang juri (arbitrator) atas perselisihan-perselisihan yang terjadi. Nabi juga mendengarkan semua pihak yang bertikai, Beliau melarang pihak-pihak itu untuk memberikan bukti yang salah dan Nabi menyatakan itu sebagai perbuatan dosa.22
Nabi senatiasa mendengarkan setiap kasu (masalah) yang diajukan oleh pemohon, karena prinsip utama hukum Islam adalah kesamaan dan keadilan. Setiap orang mempunyai hak atas perlindungan hidup, atas kekayaan atas penghormatan, agama kebebasan untuk berfikir dan berekspresi beliau bersikap adil kepada semuanya, Allah memerintahkan untuk bersikap adil, ramah dan baik hati:
artinya: "Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan." (Al-Qur'an: Surah An Nahl, Ayat:90)

Islam memproklamirkan sama didepan hukum baik kepada penguasa ataupun rakyat biasa. Tidak ada status istimewa terhadap siapapun. Setiap orang memperoleh hak yang sama untuk memperoleh ganti rugi melalui proses hukum. Dalam Islam seorang diadili (dihukum) karena karakter, perbuatan dan tingkah lakunya, bukan karena warna kulitnya. Islam menetapkan bahwa hakim tidak boleh membuat keputusan dalam keadaan marah.

artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu." (Al-Qur'an: Surah An Nisaa, Ayat:135)

    Judul Asli : "The Personality of Allah's Last Messenger".
    Penulis : "Abdul Wahid Khan"
  1. Allah berfirman: (Maka berilah peringatan, karena Sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan. Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka.) (Al Qur'an, Surah Al Ghaasyiyah, Ayat: 21-22)
  2. Dalam 'Sahih Bukhari' diriwayatkan bahwa Rasulullah melihat dalam mimpi orang-orang yang memasuki surga dan kebanyakan dari mereka adalah orang-orang miskin.
  3. Menurut Said Al-Khurdi, Rasulullah melakukan I'tikaf pada 10 hari pertama, kemudian pada 10 hari pertengahan bulan Ramadhan, untuk mencari Lailatul Qadr. Seorang Malaikat kemudian mengabarkan kepada beliau bahwa Lailatul Qadr itu ada pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan.
  4. Atas pengakuan Urwah, yang mengatakan "aku diberitahu oleh aisyah bahwa Rasulullah keluar di tengah malam dan melakukan shalat di masjid dan beberapa orang melakukan shalat dibelakang beliau. Dipagi hari orang membicarakannya dan sebagian besar dari mereka melakukan shalat dibelakang Nabi (pada malam kedua). Pada hari ketiga masjid itu menjadi penuh. Pada hari keempat masjid itu tumpah ruah dan tidak dapat menampung mereka semua, tetapi Nabi pergi kemasjid hanya untuk melakukan shalat subuh. Kemudian Nabi menyampaikan kepada mereka: "Kehadiran kalian tidak tersembunyi dari aku, tetapi aku takut bahwa shalat malam menjadi wajib dan kalian tak sanggup melakukan." dan (setelah Nabi wafat, Umar menyerukan kembali shalat jama'ah karena kini tidak ada lagi bahaya untuk menjadikannya wajib).
  5. Rasulullah bersabda: "Ketika kalian membawa masalah kepadaku, beberapa dari kalian mungkin lebih Fasih (tahu) dalam meletakkan masalah mereka dari yang lain. Aku akan memutuskan berdasarkan atas apa yang aku dengar dan jika aku memberikan kepada seseorang sesuatu yang menjadi milik saudaranya (muslim), maka seharusnya ia tidak mengambilnya, karena aku akan memberikan percikan api." (Hadist Riwayat. Malik, Ahmad dan Bukhari)