“Ikatlah Ilmu dengan Menuliskannya” ( Pesan Sayyidina Ali bin Abi Thalib r.a.)

Kamis, 10 Mei 2012

Sejarah Al-Qur'an

Apakah Al Qur'an Itu?


Arti kata Qur'an dan apa yang dimaksud dengan Al Qur'an. Qur'an menurut bahasa berarti "bacaan". Didalam Al Qur'an sendiri ada pemakaian kata "Qur'an dalam arti demikian sebagai tersebut dalam ayat 17, 18 Surah Al-Qiyaamah:


Artinya : “Sesungguhnya mengumpulkan Al Qur'an (didalam dadamu) dan (menetapkan) bacaannya (pada lidahmu) itu adalah tanggungan Kami. (Karena itu), jika kami telah membacakannya, hendaklah kamu ikuti bacaannya." (Al-Qur'an: Surah Al Qiyamah, Ayat 17 dan 18)

Kemudian dipakai kata "Qur'an"itu untuk Al Qur'an yang dikenal sekarang ini. Adapun definisi Al Qur'an ialah: "Kalam Allah Subhanahu wa Ta’ala yang merupakan mukjizat yang diturunkan (diwahyukan) kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam" dan membacanya adalah ibadah."

Dengan definisi ini, Kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi-nabi selain Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, tidak dinamakan Al Qur'an seperti Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa a.s., atau Injil yang diturunkan kepada Nabi Isa a.s. dan Zabur yang diturunkan kepada Nabi Daud a.s. yang membacanya tidak dianggap sebagai ibadah.


Cara-cara Al Qur'an diwahyukan

Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam menerima wahyu mengalami bermacam-macam cara dan keadaan, diantaranya:
  1. Malaikat memasukkan wahyu kedalam hatinya. Dalam hal ini Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tidak ada melihat sesuatu apapun, hanya beliau merasa bahwa itu sudah berada saja didalam qalbunya. Mengenai hal ini Nabi mengatakan: "Ruhul Qudus mewahyukan kedalam kalbuku. (lihat Surah (42) Asy Syuaraa, Ayat 51).
  2. Malaikat menampakkan dirinya kepada Nabi berupa seorang laki-laki yang mengucapkan kata-kata kepadanya sehingga beliau mengetahui dan hafal benar akan kata-kata itu.
  3. Wahyu datang kepadanya seperti gemerincing lonceng. Cara inilah yang berat dirasakan oleh Nabi. Kadang-kadang dikeningnya berpancaran keringat, meskipun wahyu itu turun dimusim dingin yang sangat. Kadang-kadang unta beliau terpaksa berhenti dan duduk karena merasa amat berat., bila wahyu itu turun ketika beliau sedang mengendarai unta. Diriwayatkan oleh Zaid bin Tsabit: "Aku adalah penulis wahyu yang diturunkan kepada Rasulullah. Aku lihat Rasulullah ketika turunnya wahyu itu seakan-akan diserang oleh demam yang keras dan keringatnya bercucuran seperti permata. Kemudian setelah selesai turunnya wahyu, barulah beliau kembali seperti biasa."
  4. Malaikat menampakkan dirinya tidak berupa seseorang laki-laki seperti keadaan no.2, tetapi benar-benar seperti rupanya yang asli. Hal ini tersebut dalam Al Qur'an Surah An Najm, Ayat 13 dan 14.


Artinya : “Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu lain, (yaitu) di Sidratil Muntaha." 1 (Al-Qur'an: Surah An Najm, Ayat 13 dan 14)


Hikmah di turunkan Al Qur'an secara berangsur-angsur

Al Qur'an diturunkan berangsur-angsur dalam masa 22 Tahun 2 bulan 22 hari. Hikmah Al Qur'an diturunkan secara berangsur-angsur ialah:
  1. Agar lebih mudah dimengerti dan dilaksanakan . Orang akan enggan melaksanakan suruhan dan larangan sekiranya suruhan dan larangan itu diturunkan sekaligus banyak. Hal ini disebutkan oleh Bukhari dari riwayat Aisyah r.a.
  2. Diantara ayat-ayat itu, ada yang nasikh dan ada yang mansukh, sesuai dengan kemaslahatan. Ini tidak dapat dilakukan sekiranya Al Qur'an diturunkan sekaligus. (Ini menurut pendapat adanya nasikh dan mansukh).
  3. Turunnya sesuatu ayat sesuai dengan peristiwa-peristiwa-peristiwa yang terjadi akan lebih mengesankan dan lebih berpengaruh dihati.
  4. Memudahkan penghafalan. Orang-orang musyrik telah menanyakan mengapa Al Qur'an tidak diturunkan sekaligus, sebagaimana tersebut di dalam Al Qur'an Surah Al-Furqan ayat 32, Yaitu:
  5. "Berkatalah orang-orang kafir: 'Mengapa Al Qur'an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?"; Kemudian dijawab di dalam ayat itu sendiri: "Demikianlah2 supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan kami membacakannya kelompok demi kelompok."
  6. Diantara ayat-ayat ada yang merupakan jawaban daripada pertanyaan atau penolakan suatu pendapat atau perbuatan. Sebagaimana dikatakan oleh Ibnu 'Abbas r.a. Hal ini tidak dapat terlaksana kalau Al Qur'an diturunkan sekaligus.

Ayat-ayat Makkiyyah dan Ayat-ayat Madaniyyah

Ditinjau dari segi masa turunnya, maka Al Qur'an itu dibagi atas dua golongan:
  1. Ayat-ayat yang diturunkan di Makkah atau sebelum Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam hijrah ke Madinah dinamakan ayat-ayat Makkiyyah.
  2. Ayat-ayat yang diturunkan di Madinah atau sesudah Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam hijrah ke Madinah dinamakan ayat-ayat Madaniyyah.
Ayat-ayat Makkiyyah meliputi 19/30 dari isi Al Qur'an terdiri atas 86 Surah, sedangkan ayat madaniyyah meliputi 11/30 dari isi Al Qur'an terdiri atas 28 Surah. Perbedaan ayat-ayat Makiyyah dengan ayat-ayat madaniyyah ialah:
  1. Ayat-ayat Makiyyah umumnya pendek-pendek, sedangkan ayat-ayat madaniyyah panjang-panjang; surah Madaniyyah yang merupakan 11/30 dari isi Al Qur'an jumlah ayat-ayatnya 4.780 ayat. Juz 28 seluruhnya Madaniyyah kecuali surah (60) Mumtahinah, ayat-ayatnya berjumlah 137; sedang Juz 29 ialah Makiyyah kecuali surat (76) Ad Dhar, ayat-ayatnya berjumlah 431, surah Al Anfaal dan surah Asy Syu'araa masing-masing merupakan setengah Juz tetapi yang pertama Madaniyyah dengan bilangan ayat-ayat sebanyak 75, sedang yang kedua Makiyyah dengan ayat-ayatnya yang berjumlah 227.
  2. Dalam surah-surah Madaniyyah terdapat perkataan "Yaa Ayyuhalladzina aamanu" dan sedikit sekali terdapat perkataan perkataan "Yaa Ayyuhannaas", sedang dalam surah-surah Makiyyah adalah sebaliknya.
  3. Ayat-ayat Makiyyah pada umumnya mengandung hal-hal yang berhubungan dengan keimanan, ancaman dan pahala, kisah-kisah umat yang terdahulu yang mengandung pengajaran dan budi pekerti; sedang Madaniyyah mengandung hukum-hukum, baik yang berhubungan dengan hukum adat atau hukum-hukum duniawi, seperti hukum kemasyarakatan hukum ketatanegaraan, hukum perang, hukum internasional, hukum antar agama dan lain-lain.


Nama-nama Al Qur'an

Allah memberi nama Kitab-Nya dengan Al Qur'an yang berarti "bacaan" arti ini dapat kita lihat dalam Surah (75) Al Qiyaamah; ayat 17 dan 18 sebagaimana tersebut diatas. Nama ini dikuatkan oleh ayat-ayat yang terdapat dalam surah (17) Al Israa' ayat 8; Surah (2) Al Baqarah ayat 85; Surah (15) Al Hijr ayat 87; Surah (20) Thahaa ayat 2; Surah (27) An Naml ayat 6; Surah (46) Ahqaaf ayat 29; Surah (56) Al Waaqi'ah ayat 77; Surah (59) Al Hasyr ayat 21; dan Surah (76) Addahr ayat 23.

Menurut pengertian ayat-ayat diatas, Al Qur'an itu dipakai sebagai nama bagi Kalam Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

Selain Al Qur'an, Allah juga memberi beberapa nama lain bagi Kitab-Nya, seperti:

  1. Al Kitaab atau Kitaabullah: merupakan synonim dari perkataan Al Qur'an, sebagaimana tersebut dalam Surah (2) Al Baqarah ayat 2 yang artinya: "Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa" lihat pula Surah (6) Al An'aam ayat 114.
  2. Al Furqan: "Al Furqan" artinya: "Pembeda", ialah "yang membedakan yang benar dan yang bathil", sebagai tersebut dalam Surah (25) Al Furqaan ayat 1 yang artinya: "Maha suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan (Al Quran) kepada hamba-Nya, agar Dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam".
  3. "Adz-Dzikir" artinya: "Peringatan", sebagaimana yang tersebut dalam surah (15) Al Hijr ayat 9 yang artinya: "Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan "Adz-Dzikir", dan Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya". Lihat pula Surah (16) An Nahl ayat 44.


Surah-Surah dalam Al Qur'an

Jumlah Surah yang terdapat dalam Al Qur'an ada 114; nama-namanya dan batas tiap-tiap surah, susunan ayat-ayatnya adalah menurut ketentuan yang ditetapkan atau diajarkan oleh Rasulullah sendiri (taufiq). Sebagian dari surah-surah Al Qur'an mempunyai satu nama dan sebagian yang lain mempunyai lebih dari satu nama. Surah-surah yang ada didalam Al Qur'an ditinjau dari segi panjang pendeknya terbagi atas 4 bagian:

  1. ASSAB'UTHTHIWAAL, dimaksudkan, tujuh surah yang panjang. Yaitu: Al Baqarah, Ali Imran, An Nisaa', Al A'raaf, Al An'aam, Al Maa-idah dan Yunus.
  2. AL MIUUN, dimaksudkan surah-surah yang berisi kira-kira seratus ayat lebih, seperti: Hud, Yusuf, Mu'min dan sebagainya.
  3. AL MATSAANI, dimaksudkan surah-surah yang berisi kurang sedikit dari seratus ayat, seperti: Al Anfaal, Al Hijr dan sebagainya.
  4. AL MUFASHSHAL, dimaksudkan surah-surah pendek, seperti: Adh dhuha, Al Ikhlas, Al Falaq, An Naas dan sebagainya.



  1. "Sidratil Muntaha yaitu tempat yang paling tinggi di atas langit yang ke 7, yang telah dikunjungi Nabi ketika Mi'raj."
  2. Maksudnya: Al Qur'an itu tidak diturunkan sekaligus , tetapi diturunkan secara berangsur-angsur, agar dengan cara demikian hati Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menjadi kuat dan tetap.